Jumat ,06 September 2019 ,Sudah menjadi tradisi di Desa Glapan Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dari sejak dulu nenek moyang ketika awal –awal sebelum musim tanam menurut penanggalan Jawa di adakan acara mule atau acara selamatan minta kepada Tuhan Yang maha Esa agar di berikan keselamatan baik warganya atau dalam hal pertanian atau perternakan .Dan acara tersebut biasanya ada 2(dua) kali kareana menurut orang-orang tua dulu di Desa Glapan ada 2 punden tempat untuk Mule yaitu di puncak hutan mbayang kaki dan sendang wedelan .Menurut legenda orang –orang tua dulu di mbayangkaki tempat bersemayamnya ki Sutomi dan Nyi sutomi dan untuk sendang wedalan Jaman dulu tempat untuk meminta permohonan hajat (Tujuan).
Dan kebetulan tahun ini untuk mule di mabyangkaki jatuh pada hari jumat wage tanggal 6 September 2019 .sebelumnya perangkat Desa memerintahkan semua warga yang ingin memengikuti acara mule untuk dating pada hari yang ditentukan hari jumat pagi dengan membawa makanan berupa nasi urap ,lauk pauk sederhana .Tiba waktu nya hari acara mule semua warga datang di puncak hutan mbayangkaki dengan membawa nasi urap dan lauk pauk , dalam acara tersebut di hadiri sesepuh ,Kepala Desa beserta perangkat dan Mantri perhutani .Sebelum acara nasi dan lauk pauk bawaan warga di taruh daun pisang di jadikan satu dengan yang lain .
Acara di mulai dengan Sambutan dari Bapak mantri perhutani dalam sambutanya beliau menyampaikan bahwa dalam mengelola tanah perhutani petani untuk merawat dan menjaga tanaman kayu putih milik perhutani .setelah itu sambutan Kepala Desa Glapan dalam sambutanya Bapak Kepala Desa Bambang Sukoco mewakili warga Desa Glapan untuk menyampaikan niat dan tujuan di adakan mule adalah memohon Keselamatan bagi seluruh warga Desa Glapan , keselamatan untuk tanaman pertanian dari segala hama dan penyakit ,keselamatan dalam peternakan ,dan Desa glapan diberikan kemakmuran . Kemudian dilanjutkan Doa bersama yang di pimpin sesepuh Desa Glapan ,selesai doa bersama di lanjutkan makan bersama dari nasi yang dibawa warga tadi ,kalau ada sisa nasi dapat di bawa pulang lagi oleh warga.Acara mule ini dapat di jadikan sebagai tradisi budaya yang perlu di lestarikan dan untuk kemudian di jadikan potensi wisata budaya bila nanti dapat di kemas dengan lebih baik lagi.